Kamis, 17 Januari 2013

Memancing Belut Rawa/Sawah

Belut atau lindung (monopterus albus) merupakan salah satu sumber makanan berprotein tinggi yang baik bagi pertumbuhan otak dan tubuh anak-anak dan dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
Penyebaran hewan ini hampir merata di seluruh wilayah Indonesia (ditemukan di semua daerah tropik), sehingga hampir dapat dikatakan semua mengenal hewan ini.

Sifat Belut
Untuk memancing hewan ini tidak lah susah, sifat belut yang tidak suka berenang dan lebih suka berdiam diri di lubang, jadi kita tinggal mencari lubang yang menjadi sarang hewan ini dan mulailah memancing. Biasanya ciri-ciri lubang yang ada belutnya adalah:
(1) lubang tersebut ada airnya (2) permukaan airnya naik turun;  (3) permukaan lubang bersih; (4) menghadap ke atas atau sedikit menyamping. Semua jenis belut merupakan hewan pemangsa, mangsanya adalah hewan-hewan bertubuh lunak atau hewan-hewan air kecil.
Terkadan disekitar lubang belut sudah tidak ada airnya, asalkan di dalam lubang masih ada airnya, kemungkinan besar tetap ada belutnya.







Umpan

Umpan untuk memancing belut juga cukup mudah dicari seperti :
  • keong emas
  • cacing tanah
  • udang 
  • anak katak (kecebong)
  • pilihlah umpan yang mudah didapat, yang banyak tersedia di sekitar lokasi memancing.
Lokasi memancingnya,
Untuk memancing belut tentunya kita harus  pergi ke sawah atau rawa, bila tujuan memancing kita di sawah tentunya sawah yang masih ada airnya, saat tanaman padi berumur 1-1,5 bulan merupakan saat yang paling baik untuk memancing belut di sawah. Saat umur padi seperti itu ukuran belut yang terpancing biasanya sudah berukuran dari telunjuk jari sampai sebesar jempol kaki orang dewasa. Bila usia padi di sawah tersebut 2 bulan ke atas, ukuran belut bisa rata-rata sebesar jempol kaki, tapi kendalanya air di sawah sudah mulai susah ditemukan sehingga untuk mencari sarang belutnyapun sulit.
Bila di rawa biasanya belut lebih suka memakan umpan udang (udang rangkak) air tawar yang sudah dikupas kulitnya dan dipotong kecil-kecil sesuai besar mata kail. Bila di rawa belut terkadang terpancing di luar sarangnya (tidak di lubang)

Cara memancingnya
  1. Siapkan tali rafia atau senar/kenur sepanjang sekitar 1 meter, masukkan mata kail lalu lipat dua dan jalin  berbentuk seperti tali jemuran (bisanya dijalin /diplintir di paha) bagi yang hobi memancing tentu sudah mengetahui cara ini. Gunakan kenur besar atau tali sol sepatu, agar mudah memasukkan ke lubang belutnya nanti, atau gunakan lidi/bambu yang diserut sebesar lidi, sebagai alat bantu memasukkan umpan ke lubang belut. 
  2. Mata kail pun bisa kita buat sendiri dari kawat yang ada di ban mobil, ujung kawat kita tajamkan lalu bentuk seperti mata kail.
  3. Siapkan umpan yang cocok, lalu cari lokasi/sawah yang mungkin banyak terdapat belutnya.  Cari lubang sarang belut masukkan pancing yang telah kita buat, putar-putar  tali pancing kita untuk memancing keagresipan belut menyambar umpan  dan apabila umpan telah dimakan tarik perlahan pancing kita dan jangan disentak kencang.
  4. Jika dapat bagi yang pemula biasanya akan mengalami kesulitan dalam melepas belut dari mata kail, untuk yang sudah biasa memancing hewan ini tidak akan banyak kesulitan cukup dengan menjepit kepala belut menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dengan jari tengah.
  5. Jika kesulitan dalam melepas belut dari mata kail, cara yang paling mudah adalah dengan membanting atau memukul kepala belut terlebih dahulu sehingga pingsan dan kita akan lebih mudah melepas hewan tersebut dari mata kail.
  6. Jika menghadapi belut yang besar hendaklah sedikit bersabar, bila mata kail kita kecil (8) sebaiknya saat pancing tersambar kita tahan, dan bongkar sarang belut tersebut menggunakan tangan.
NB: 
= Gunakan mata kail no 8 cukup untuk dapat menahan belut berukuran jempol tangan orang dewasa
= Buat satu set pancingan dengan mata kail yang agak besar (no 10) bila ketemu belut babon/ sebesar jempol kaki orang dewasa


Selamat memancing.............salam strike

1 komentar: